Jum’at, 7 Oktober 2016
Waktu terasa semakin berlalu tinggalkan
cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu tuk hapuskan
semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dari kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Aduh, lagunya bikin baper yah? Manusia memang makhluq yang cepet
baper dengan sesuatu yang berbau perasaan, ya termasuk aku.
Aku sampai bisa baper seperti ini
ceritanya ketika lagi nyantai di flatku (apartemen) sambil lihat suasana luar
lewat jendela. Ya, memandang pemandangan Kairo dengan rumah susunnya. Rumahku
sendiri berada di lantai 3, lebih mendingan dari pada yang tinggal di lantai 5
atau lebih – terutama bagi orang baru yang adaptasi dengan rumah susun, kalau
naik ke lantai 5 saat sudah ngantuk itu mendingan tidur di tangga, ndak usah nerusin
perjalanan ke rumah. Hhh – Lha pas lagi nyantai, musik di Hp ku tak puter, kebeneran
tepat lagu Peterpan ini.
Jadi inget deh, masa-masa dulu
saat masih berada di tanah air tercinta. Ketika di rumah bersama keluarga, kala
di sekolah bersama kawan-kawan, dan di pondok bersama para ustadz, temen-temen
pengurus yang kocak, adek-adek yang imut-imut, dan tentunya banyak kenangan lain.
Baytii Jannatii, 2 kata yang
tepat untuk menggambarkan 18 tahun bersama keluarga di Indonesia. Rumahku
adalah surgaku. Karena jika bayti jaarii jannatii (rumah tetanggaku surgaku), berarti
rumahku neraka? Kan ndak mau, hhh trus ndak sesuai lagu dong. Em, ngomong-ngomong, masih
ingat ndak lagunya? Ok nyanyi sama-sama deh
Oh sungguh bahagia, hidup bersama keluarga
(yang bagian ini aku lupa, hehe.. langsung ke bawahnya aja yah)
Rukun damai sejahtera
(lupa lagi, maaf yah… habis ini ndak akan lupa lagi)
Walau rumahku sederhana tapi bersih tertib dan rapi
Wajah anak-anak ceria
Sehat dan menyenangkan hati
Kami semua beriman dan taat pada tuhan
Rumah kami penuh berkah
Hingga kami betah di rumah
Rumahku itulah surgaku di dunia
Oh…. Sungguh bahagia
Lagu tersebut juga bikin baper.
Hua hua hua,,, ya, sangat benar jika orang-orang mengatakan rumah adalah tempat
paling tepat untuk mengadukan sedih kita, tempat kembali menghangatkan suasana
diri, tempat yang diselimuti cinta. Di rumah ada sosok yang bisa buat kita
nyaman tentunya. Siapa lagi kalo bukan keluarga.
Sore hari menjelang maghrib di
desaku saat nyantai dan dengerin suara Qiroah Muammar yang di puter di
masjid-masjid adalah sore paling nentremin. Kangen dengerin lagi saat sore.
Sore di Kairo adalah sore yang padat kegiatan dan aktifitas. Jadi, aku melewati
sore di Kairo terasa sangat cepat. Juga tak ada pemandangan sunset. Adanya
matahari udah ilang, tapi suasanaya masih cukup terang. Ndak kayak di rumah. di
rumah juga ndak ada sunset sih,, hehe
Sedangkan 6 tahun di pondok
adalah masa-masa untukku membentuk karakter, mental, ilmu, dan masih banyak lagi.
Saat masih kelas MI dulu, akulah yang paling ganteng,,,,,,, akhlaqnya,
hehe ndaklah. Saat itu aku masih pendiem banget, kayak gravitasi bumi deh
pokoknya.
Nangis saat awal mondok adalah
kenangan yang masuk salah satu nominasi kenangan terindah. Hua hua hua. Jangan
diketawain lah!! Tapi aku pilih-pilih tempat kalo mau nangis, yang jelas
ndak sembarang tempat. Kayak di WC, saat lampu mati, dan pernah saat sholat.
Hhh. Yang aneh itu aku juga bingung kenapa aku bisa nangis. Jika alasannya jauh
dari ibu, aku juga pernah kemah berhari-hari *iya deh, 3 hari emang* toh ndak
nangis. Jika alasannya keadaan pondok yang tidak sesuai dengan kondisiku, itu
malah lebih lucu. Sebab jujur lebih enak di pondok. Selain lebih adem dari pada
di rumah, airnya juga tawar. Kalau dirumah kan asin sekali – masakan ibu.
Mulai dari makan bareng nampanan,
mandi bareng, nadhoman bareng, belajar bareng, preet, sepak bola bareng,
sepak bola sendirian ya namanya ndak sepak bola, dan semua yang
bareng-bareng lainnya. Hal-hal yang paling disukai anak pondok adalah ketika
hari libur, ketika kegiatan libur, ketika keamanan libur hehe, dan
ketika makan libur….. eh yang makan ndak lah.
Waah, aku juga kangen banget
ketika jajan bareng malam jum’at sama temen-temen pengurus. Sama Rokhim, Agung,
Kanip, dan yang lain. Paling sering ke warung ‘Family’ yang tempatnya tepat di
samping jalan dan nempel pada lapangan utama Bugel. Disana kami guyon-guyon
bareng melepas lelah sambil nonton TV. Atau kalau ndak Family ya warung ‘Klambu
Ijo’. Kalau yang ini tempatnya disamping masjid Bugel. Tapi yang jelas ibarat
suatu kewajiban saat malam untuk keluar jajan, Tapi kalo lagi ndak bokek
alias ndak kanker (Kantong Kering) hehe. Tapi kayaknya lebih banyak kankernya deh…..hhh.
Tapi yang jelas aku pengen banget ngerasain jajan malam jum’at lagi.
Yang tak kalah seru saat di
pondok adalah kenangan saat roan (kerja bakti). Ya, saat roan adalah saat-saat
yang mengenang banget. And mengapa? Ya tentunya karena lingkungan jadi bersih
lah *alasan yang masuk akal yah* juga karena kami bisa olahraga,, kan
bikin tubuh jadi sehat .. *masih ngeles*. Alasan yang paling bener itu, jangan
keras-keras loh.. sebab santri cewek dan cowok sama-sama lagi roan. Udah
paham kan? Hehe tapi aku ini orang baik
Atau kenangan di pagi hari saat
anak-anak pondok pergi sekolah. Ya, saat itulah ke-error-anku dan temen-temen
dimulai. Aku, Agung, Farid, Arwan dengan kocaknya beraksi. Cuaca yang cerah,
keadaan perut yang sudah bisa diajak kompromi, dan dengan suasana hati yang
gembira, kami mulai nyanyi-nyanyi yang
tak beraturan dengan pengiring suara manual (klotean) yang tak beraturan juga.
Apalagi kalo gilanya udah muncak, kita pake atribut aneh seadanya, dan langsung
jogat-joget gila. Hahaha ….. bahkan terkadang sempat terlintas di benak kami,
kenapa kami bisa se-error gitu yah? wkwkwk
Itu kenangan kocak …. Kenangan
sedih atau menyakitkan juga ada lah,,,
Mulai jatuh dari tempat tidur,
jatuh dari jalan ke lubang yang sama dua kali, padahal seorang muslim jangan sampai jatuh
kedalam lubang yang sama dua kali. Kecuali yang kedua ndak sengaja, lalu
jatuh dari hati *jatuh hati kelees*, digosokin temen-temen sampe nangis,
eh maksudnya ‘di gasakin’.
Itu kenangan sedih saat masih
kecil. Kenangan sedih saat sudah besar beda lagi,, rasanya pun juga beda. Di
hati ada kayak nyesek-nyeseknya gitu deh, hhh. Cuma ndak bisa aku critain
disini sebab udah masuk kategori privat ini, hehe. Tapi karena aku akung sama
kalian, aku akan bocorin sedikit. Tapi kalian yang baca harus janji untuk tidak
diceritakan kepada siapapun, OK!
.
.
.
.
.
Apalagi kalau bukan kisah cinta.
Hhh. Benernya, untuk masalah cinta, ndak terlalu buat aku baper sih. Ya, biasa
saja lah *week*. Layaknya manusia pada umumnya, aku juga pernah
ngerasain cinta *hais-hais*, namun aku tak pernah sakit hati gara-gara cinta,
kalau nyakitin sih sering. Salah satunya adalah aku pernah nyakitin cewek saat
masih di sekolah. Dan itulah kenangan yang selalu aku ingat-ingat hingga
sekarang. Ceritanya begini, saat aku masih jadi ketua IPNU, ada cewek yang
deketin aku. Dia adalah salah satu anggota OSIS juga. Suatu hari dia memberiku
secarik kertas, dengan wajah penuh harapnya, ia berusaha meyakinkanku untuk
melakukan sesuatu dari isi kertas tersebut. Namun merasa gak penting, langsung
ku kembalikan kertas tersebut sambil ngucapin, “Jangan ngasih ini lagi, aku
udah muak sama sikapmu yang kayak gini!” padanya. *galak banget* harusnya wanita itu kan
disayang yaah!!! Tulang rusukmu ada disana!!!
Keesokan harinya aku denger kabar
kalau dia sakit. Aku merasa sangat bersalah. Kenapa kemaren aku ndak mau bantu
dia ngerjain tugas buatin laporan IPNU. Kemaren aku agak emosi gara-gara dia
sering ndak sungguh-sungguh kalau ngerjain tugas. Akhirnya sesekali aku
perlakukan dia seperti itu. Aku tidak menyangka kalau ternyata dia akhirnya mungkin
buat laporan sendirian sampai larut malam dan akhirnya kecapean, bahkan sampai
sakit. Aduh, aku nyesel sekali udah nyakitin dia. Hiks hiks hiks
Hingga kenangan bersama keluarga
saat ngobrol bareng sambil mengemasi barang-barangku kedalam koper. Ya, saat
terakhir yang bisa ku rasakan sebelum berangkat ke Kairo. Itulah saat-saat yang
paling indah. Se-keluarga bersama men-fokuskan segala urusan untuk
mempersiapkan keberangkatanku. Sedang diriku membayangkan apakah aku kan siap
dengan semua ini. Hidup sendiri. Terpisah oleh laut dan pulau. Merenung,
bersedih, sambil berusaha menguatkan diri untuk semua itu.
Yah, itulah kenangan-kenangan
indah yang mengiringi lagu ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar